Jumat, 10 Juni 2011

Parfum Selayang Pandang

Semua orang pasti pernah memakai parfum. Namun tidak semua orang tahu apa sebenarnya parfum itu. Ia dikenal sebagai wewangian yang dipakai untuk meredam bau tubuh atau menonjolkan aroma tertentu yang wangi.
Parfum memang sebuah substansi (biasanya cair) yang berfungsi untuk menebarkan aroma wangi. Dibuat dari bahan sintetis, alami, atau campuran keduanya. Setiap parfum terdiri dari sejumlah kandungan zat kimia tertentu yang memberikan sensasi dan aroma tertentu. Bisa aroma aneka bunga, buah, dedaunan, atau wewangian lain.
Masing-masing aroma memang diciptakan untuk memberikan sensasi yang berbeda. Aroma-aroma ini kemudian akan bercampur dengan keringat dari tubuh si pemakai dan menghasilkan wangi yang khas. Maka peruntukan parfum memang sebagai wewangian yang befungsi sebagai penguat citra diri, peredam bau tubuh, atau untuk merangsang indera penciuman untuk tujuan dan kesan tertentu.
Karena parfum begitu dekat dengan fashion (penampilan), maka parfum pun hadir dalam berbagai wujud alat-alat kecantikan, sabun, sampo, bedak, atau berdiri sendiri sebagai wewangian. Berdasarkan penelitian, hampir semua produk yang beraroma mengandung bahan pewangi.
Dalam dunia kecantikan, parfum dibedakan menjadi tiga klasifikasi. Pertama yang disebut perfume (parfum), colognes (kolon), dan toilette (toilet waters). Masing-masing dibedakan berdasarkan esensi persentase zat pewangi dalam campurannya. Namun yang sesungguhnya disebut parfum adalah cairan pewangi yang campuran bahan wewangiannya lebih tinggi ketimbang bahan pencampur lainnya. Karena itu parfum adalah wewangian yang paling mahal dibanding colognes dan toilet waters.
Secara umum ketiga klasifikasi wewangian ini bisa dibedakan dengan komposisi persentase esense wangi dan cairan penyampurnya. Rata-rata parfum mengandung 10 -20 persen esensi wewangian, sementara colognes hanya 2–5 persen, dan toilet water di bawah 2 persen.
Maka parfum (eau de perfume) akan memiliki aroma yang kuat dan tahan lama. Biasanya dipakai untuk acara-acara khusus yang membutuhkan keawetan wangi yang tetap sepanjang waktu.
Kemudian colognes (eau de cologne) menebarkan wangi yang tidak terlalu tajam, terkesan ringan, namun awet. Ini biasanya menjadi pilihan wewangian untuk kepentingan sehari-hari pada setiap kesempatan dan bukan pada acara khusus.
Sementara toilet water (eau de toilette) adalah kelompok wewangian yang paling ringan dan aromanya cepat menguap. Biasanya digunakan sehabis mandi atau bercukur.
Berbasis Alkohol
Walau kini ada parfum yang disebut tidak mengandung alkohol (non-alkohol), pada awalnya semua parfum (termasuk cologness dan toilet water) dibuat dari cairan alkohol plus esense pewangi dengan sedikit campuran bahan lainnya.
Alkohol yang mudah menguap, tadinya bermanfaat untuk mengikat aroma dan mempertahankannya untuk sekian lama. Jika cairan pewangin bercampur alkohol ini menempel di kulit ia akan bereaksi dengan keringat, sehingga wewangian tercium menjadi khas dan berbeda dari pemakai satu dengan pemakai lainnya walau menggunakan aroma yang sama.
Inilah rahasia pemilihan parfum, yang akhirnya disimpulkan bahwa pengunaan parfum akan mencerminkan citra diri si pemakainya.
Namun seiring perkembangannya, kini diklaim bahwa tidak semua parfum mengandung campuran alkohol. Untuk penggantinya digunakan larutan lain seperti air suling atau zat-zat lain non-alkohol. Karena itulah industri parfum berkembang dalam banyak varian bahan pencampur.
Catatan Sejarah
Parfum memang sebuah perangkat istimewa. Sejak dulu kala orang sudah menggunakan “parfum” untuk berbagai tujuan. Catatan sejarah manusia menunjukkan bahwa manusia di masa lampau menggunakan wewangian alami. Bahan seperti resin, getah, karet, dan kulit kayu, dibakar untuk menghasilkan wangi tertentu yang dimanfaatkan dalam upacara ritual khusus (keagamaan).
Jika ditinjau dari etimologi bahasa, asal kata parfum sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya asap yang merebak (per artinya “through” atau merebak: fumus artinya “smoke” atau asap). Maka asal kata parfume memang dari bahan alami yang dibakar untuk menghasilkan aroma tertentu.
Bukti sejarah sebagai fakta tentang penggunaan parfum ditemukan dalam makam batu Firaun Mesir pada masa 3.000 tahun lalu. Pengawetan mummi para penguasa Mesir (Firaun) dilakukan dengan menggunakan bahan wewangian alami dari kayu dan resin dicampur minyak dan air yang dioleskan sebagai balsem ke seluruh tubuh jenazah.
Bukti lain, orang-orang Yunani dan Romawi kuno mengembangkan bahan pewangi berdasarkan pengetahuan orang-orang Mesir sebagai pengguna “parfum” yang pertama kali.
Walau bentuknya belum seperti parfum yang kita kenal, minyak wangi pun sudah mulai dipakai pada ratusan tahun sebelum masehi sebagai pewangi tubuh orang-orang yang dihormati.
Di masa lalu, perkembangan parfum justru terjadi di wilayah Timur, dari Timur Tengah sampai Asia sebagai bagian dari seni oriental. Digunakan secara lebih meluas di kalangan bangsawan dan orang-orang terhormat. Pada catatan tahun 1200-an (abad ke-13) pasukan Perang Salib (Crusader) memboyong “teknologi” parfum dari wilayah Palestina kuno ke Inggris dan Prancis.
Lalu pada abad ke-16 (tahun 1500-an), parfum pun menjadi populer di daratan Eropa. Perkembangan teknologi dan penemuan bahan-bahan kimia mendorong industri parfum semakin berkembang di Eropa pada tahun 1800-an. Dan kemudian wilayah Eropa menjadi produsen parfum yang paling terkenal dengan kualitas tinggi di dunia, terutama di Paris, Prancis. Walau pun sesungguhnya, dalam sejarah pengguanaanya, parfum lebih dulu dipakai oleh orang-orang Mesir dan Asia.
Serba-serbi Minyak Wangi
Sejak dahulu, wewangian sudah akrab dengan manusia. Berbagai aroma yang merangsang hidung ini digunakan sebagai pelengkap penampilan dan meningkatkan daya tarik. Bukan hanya itu, aroma wewangian tertentu juga bisa merangsang gairah dan hasrat seksual. Wewangian yang kini dikenal sebagai parfum, punya banyak pilihan aroma dan tujuan. Masing-masing memiliki aroma khusus yang bisa dipilih sesuai keinginan si pemakai.
Komposisi wewangian pada parfum memang tergantung pada penggunanya. Sebagaian besar parfum terbuat dari bahan aroma bunga-bungaan (floral), sari tumbuhan (plant oil), substansi wangi dari hewan, bahan alami dan natural, bahan sitetis, alkohol, dan air. Aroma floral adalah parfum yang paling digemari kaum perempuan. Parfum khusus dibuat dari sari wangi bunga-bunga yang mahal.
Sebagai pedoman pemilihan aroma wewangian yang tepat, disarankan untuk memilih wewangian yang cocok dengan kepribadian. Atau untuk aroma pewangi ruangan, bisa juga dipilih yang memang benar-benar disukai. Untuk mempermudah pilihan, secara umum ada beberapa klasifikasi aroma pada wewangian. Dalam banyak literatur dikelompokkan menjadi aroma floral, elegan, oriental dan fresh. Ada pengelompokan lain, seperti aroma nature.
Floral adalah wewangian yang mencitrakan berbagai jenis bebungaan. Umumnya aroma ini berkesan manis. Biasanya aroma bebungaan yang menonjol seperti mawar, melati, maupun bunga nila dan lavender. Aroma floral cenderung mencitrakan sisi “kewanitaan”, sehingga konotasi mengarah pada kelembutan, ketakberdayaan dan keindahan/kecantikan. Berdasarkan studi, wewangian jenis floral bisa mempercepat kerja otak dalam menyerap informasi, sekaligus melancarkan proses komunikasi.
Lain lagi aroma selain floral. Sebagai contoh, aroma spicy oriental bisa membangkitkan kesan sensual, misterius dan menggoda. Contoh lain adalah wangi vanila, bisa membantu menaikkan hasrat seksual pada diri sendiri dan pasangan, juga dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan pada saat bercinta.
Wangi berikutnya adalah elegan. Kesan sepintas memang sangat simpel dan polos. Ia menimbulkan efek yang halus, namun tak terlupakan.
Lantas ada aroma oriental. Ketika aroma ini menyebar, akan terlintas sesuatu yang eksotis. Umumnya berbau tajam menggairahkan, karena biasanya menggunakan ekstrak aroma rempah. Karena itu, pilihan aroma oriental ini sangat direkomendasikan untuk memacu gairah seksual. Efek hangat, menggairahkan, sensual dan seksi sangat tercitra dari kelas aroma ini.
Kelompok wewangian lain adalah fresh. Aroma ini sangat sederhana, namun berkesan menyegarkan. Biasanya terdiri dari aroma buah-buahan. Cocok untuk yang berjiwa aktif dan sportif.
Secara umum, berdasarkan substansi pemilihan, minyak wangi dapat dibagi dua jenis yakni yang memakai alkohol dan juga yang tidak memakai alkohol. Keduanya memiliki keunggulannya masing-masing. Minyak wangi yang mengandung alkohol misalnya, selain aromanya lebih lembut juga tidak lengket jika dipakai. Sementara untuk minyak wangi non alkohol biasanya aroma wanginya lebih menyengat dan lengket jika dipakai.
Intinya, pilihlah aroma yang memang bisa membuat diri nyaman, bergairah, dan sesuai dengan karakter pribadi. Di balik adanya rasa percaya diri dari pemakaian minyak wangi, ternyata juga memiliki beberapa dampak negatif, terutama bagi sebagian orang yang memiliki kulit sensitif. Oleh karena itulah, sebelum menjatuhkan pilihan sebaiknya coba lah dulu sedikit. Apakah sudah sesuai dengan jenis kulit dan aromanya cocok dengan Anda.
Alternatif Wewangian Sebagai Kebutuhan
Minyak wangi saat ini bukan dominasi kaum perempuan. Penggunaannya sudah meluas. Bahkan kaum lelaki pun mulai merasa kurang pas tanpa minyak wangi. Maka wewangian pun sudah menjadi bagian kebutuhan dan pelengkap penampilan bagi perempuan dan lelaki.
Sebagai salah satu kebutuhan, parfum pun semakin berkembang, baik dalam varian aroma maupun peruntukan pemakaiannya. Dalam hal ini ketahanan atau keawetan aroma parfum pun menjadi perhatian penggunanya. Bahkan agar parfum itu bisa tetap awet, diperlukan cara penyimpanan yang baik.
Pada umumnya, sebotol minyak wangi dapat bertahan segar dan aromanya tidak hilang selama satu tahun. Bila disimpan di tempat yang sejuk dan kering, biasanya dapat bertahan beberapa bulan lebih lama. Potensi minyak wangi akan hilang bila aroma atau warnanya sudah berubah.
“Salah satu yang harus dilakukan untuk menjaga agar aroma minyak wangi dapat bertahan lama adalah dengan menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk. Yang terpenting, botol harus selalu tertutup rapat. Karena kalau botolnya terbuka dapat memengaruhi kualitasnya,” ungkap Ria, Beauty Advisor (BA) Aura Cantik.
Senada dengan Ria, Andre penjual parfum di Corner Pajus, mengatakan botol parfum memang harus senantiasa tertutup rapat. “Sehabis memakai parfum, kita kadang lupa menutup botolnya. Seandainya botol parfum ini tetap terbuka sekian lama, maka akan berpengaruh terhadap aroma minyak wanginya,” jelasnya.
Ada beberapa orang yang mengatakan, jika aroma minyak wangi yang mungkin sudah dipakai selama beberapa minggu aromanya tidak tercium lagi oleh hidung, sementara bagi orang lain tetap dapat mencium aroma minyak wangi tersebut.
Ternyata kejadian tersebut adalah hal yang normal. Umumnya hidung punya mekanisme yang sangat peka dalam mengindera bau. Namun jika sudah terbiasa dengan bau tertentu, hidung menjadi mengabaikan bau tersebut. Hal ini terjadi karena indera penciuman sudah terbiasa dengan bau tersebut sehingga seolah tak menciumnya lagi.
Jika ini terjadi, biasanya si pengguna parfum yang mamakai aroma yang sama selama sekian lama cenderung untuk meningkatkan penggunaan minyak wangi hingga berlebihan. Akibatnya, orang di sekitarnya akan merasa terganggu oleh aroma yang menyengat berlebihan. Oleh karena itulah disarankan untuk mengganti aroma minyak wangi dalam periode waktu tertentu. Yaitu menyediakan alternatif pilihan wangi.
Ragam Parfum
Parfum saat ini bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan penampilan seseorang, tapi bisa menjadi ciri citra diri seseorang. Mungkin karena adanya sinergi antara penampilan, kepribadian, dan aroma. Karena itu selektif dalam memilih wewangian adalah salah satu kunci menuju pencitraan diri pribadi.
“Saat ini kepribadian seseorang tidak hanya dapat dilihat dari busana apa yang dipakainya, tetapi juga dari jenis dan aroma parfum apa yang dipakainya. Dari aroma parfum yang dipakai, kita bisa menebak karakter atau kepribadian seseorang,” ungkap Ria Beauty Advisor (BA) Aura Cantik, yang ditemui Global di Lantai 3 Matahari Carrefour kemarin.
Menurut Ria, memilih parfum haruslah benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karena jika salah memilih dan memakai parfum, tentu saja akan berkesan sedikit “norak”. “Orang yang kerjanya dalam kantor, tentu aroma parfumnya berbeda dengan orang yang kerjanya di lapangan. Karakter-karekter seperti ini yang seharusnya bisa dijadikan pedoman bagi seseorang untuk memilih parfum mana yang cocok untuk digunakannya,” terangnya.
Di Aura Cantik, kata Ria, mereka menawarkan berbagai merek parfum lokal maupun internasional. Untuk parfum buatan lokal yang ditawarkan adalah Lignea, yang dijual seharga 150 ribu rupiah. Sementara lainnya adalah parfum dengan merek terkenal, seperti Kenzo, Aigner, Guess, Paris Hilton, Ulric de Varens dan Versace Chevignon. Aneka aroma dan jenis parfum-parfum itu memang diperuntukkan bagi beragam karakter. “Soal harga yang kita tawarkan, dari yang paling murah adalah sekitar 120-an ribu rupiah sampai yang seharga 1,2 jutaan rupiah. Tentunya kualitas parfum juga dilihat dari harganya. Kalau yang harganya mahal, aromanya bisa tahan lama,” gumam Ria sambil tersenyum.
Bagi konsumen yang ingin mencoba wangi parfum, Aura Cantik juga memberikan parfum tester. “Jelas ada dong testernya. Biasanya kita selalu membagi-bagikannya kepada pengunjung yang datang. Tester-kan bisa menjadi contohnya, jadi konsumen bisa memilih mana parfum yang cocok untuk dipakai,” papar Ria sambil memberikan satu buah tester yang sudah disiapkan dalam bentuk kertas kecil ini.
Awas! Iritasi dan Alergi Kulit
Ada satu saran yang perlu diperhatikan bagi yang ingin memilih parfum. Tak ada salahnya jika sedikit “cerewet” terhadap penjual agar jangan kecewa dan menyesal di belakang hari. Saat akan membeli parfum, upayakan untuk mencobanya terlebih dahulu.
Mencoba untuk mengetahui apakah wangi cocok dengan keinginan dan untuk mengetahui apakah parfum tersebut cocok dengan kulit kita. Coba ambil tester parfum, teteskan sedikit di tubuh Anda (biasanya di pergelangan tangan). Baui aromanya dan rasakan apakah ada tanda-tanda iritasi seperti rasa gatal, panas atau perih.
“Salah satu cara untuk mengantisipasi kemungkinan parfum yang tidak sesuai, cobalah sedikit dulu sebelum membeli. Jika tidak ada efek negatif, seperti gatal-gatal atau panas di tempat yang ditetesi parfum, kemungkinan parfumnya tidak bermasalah dengan kulit. Tapi kalau ada tanda-tanda iritasi, sebaiknya jangan memakainya,” ungkap Dr Irwan Fahri Rangkuti SpKK, Dokter Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Pirngadi.
Lebih lanjut dr Irwan mengatakan, apabila pemakai parfum menemui gejala iritasi, gatal-gatal, panas, perih atau kulit memerah setelah mencoba atau memakai parfum, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter kulit. “Karena mungkin saja kulit Anda terkena penyakit kulit (dermatitis kontak),” ujar dr Irwan.
Dermatitis Kontak secara umum merupakan penyakit spesifik-lingkungan, yaitu suatu peradangan kulit akibat bahan yang berasal dari lingkungan (luar tubuh).
Terdapat dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA). Kedua jenis dermatitis tersebut kadang-kadang sangat sukar dibedakan secara klinis, meskipun keduanya berbeda dalam patogenesis (zat atau organisme yang menyebabkan munculnya penyakit) yang mendasarinya. Insiden dermatitis kontak iritan lebih tinggi dibandingkan dengan dermatitis kontak alergik.
Dermatitis kontak iritan merupakan, kelainan sebagai akibat pajanan dengan bahan toksik non-spesifik yang merusak epidermis atau dermis. Umumnya setiap orang dapat terkena, bergantung pada kapasitas toleransi kulitnya. Penyakit tersebut mempunyai pola monofasik, yaitu kerusakan diikuti dengan penyembuhan. Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom DKI. Apabila terjadi pajanan dengan konsentrasi sub optimal maka reaksi yang terjadi langsung kronik.
Selama ini, dr Irwan mengakui, banyak pasien yang mengeluh sakit setelah memakai parfum. “Banyak pasien yang mengeluh sakit setelah menggunakan parfum, umumnya mereka merasakan gatal-gatal, kulit berwarna merah dan terasa panas. Hal ini umumnya akibat terjadi iritasi pada kulit karena pengaruh pemakain parfum tersebut,” jelasnya.
Oleh karena itu, dr Irwan menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati menggunakan berbagai jenis parfum. Karena menurutnya, dalam parfum terdapat campuran-campuran kimiawi yang apabila dipakai bisa menimbulkan gangguan kulit. “Kulit seseorang itu kan berbeda-beda, ada yang sedikit aja kena sesuatu langsung alergi, makanya harus hati-hati dalam menggunakan sesuatu termasuk parfum. Kalau kulit kita termasuk jenis ini (yang peka) lebih baik parfumnya dipakai saja di baju, kan lebih aman,” jelas dr Irwan.
Tri–Evin | Global